TintaOtentik.co – Kebiasaan anak-anak menonton video pendek seperti YouTube Shorts, Instagram Reels, dan TikTok mulai memengaruhi kehidupan mereka, termasuk dalam aspek akademik di sekolah.Â
Survei Precise Advertiser Report: Kids (PARK) yang dilakukan Precise TV USA pada 2024 menemukan bahwa generasi Alpha yaitu anak-anak yang lahir antara tahun 2010 hingga 2024 menjadikan YouTube sebagai platform tontonan utama mereka. Rata-rata, anak berusia 2–12 tahun menghabiskan waktu 160 menit setiap hari untuk menonton YouTube.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua mengenai dampak kebiasaan tersebut terhadap proses belajar anak.
Psikolog pendidikan, Pratiwi Kusuma Wardhani, menyatakan bahwa kebiasaan menonton video pendek di media sosial dapat menurunkan performa akademik anak seiring waktu.
“Tentu saja berpengaruh signifikan terhadap performa akademik mereka,” ucap Pratiwi, (16/1/2025).
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, penurunan ini terkait dengan hilangnya fokus pada anak yang terlalu sering menonton video pendek.
Ia menjelaskan, anak-anak yang menonton video berdurasi rata-rata 30 menit per hari cenderung memiliki rentang fokus lebih rendah dibandingkan anak-anak yang tidak melakukannya.
Menurutnya, kehilangan fokus tersebut akan mengganggu proses belajar di sekolah, membuat anak menjadi tidak produktif akibat kecanduan gawai. Ia menyarankan agar durasi menonton video pendek dibatasi maksimal 30 menit per hari.
“Jika lebih dari itu, maka dikhawatirkan akan mengganggu proses akademiknya,” terangnya.
Konsumsi video pendek yang berlebihan dapat menyebabkan lemahnya fokus, penurunan produktivitas, hingga kebingungan atau rasa tidak ingin melakukan aktivitas apapun.
Untuk mengatasi hal ini, Pratiwi menekankan pentingnya peran orang tua dalam membatasi penggunaan gawai di rumah.
“Orangtua perlu memberikan pengajaran preventif untuk meminimalisir penggunaan screen time berlebih pada anaknya,” ungkapnya.
Ia juga memperingatkan bahwa screen time berlebih dapat mengubah pola hidup anak, seperti menurunnya disiplin, kurang sabar, dan buruknya manajemen waktu. Orang tua diharapkan memastikan kesesuaian durasi dan konten yang diakses anak serta mengarahkan mereka pada kegiatan literasi digital.
“Mengambil seminar, baik daring maupun luring, yang berfokus pada literasi digital, juga penting untuk meningkatkan performa akademik sekaligus menjaga kesehatan mental anak,” sambungnya.
Selain orang tua, guru juga memiliki peran besar dalam mengarahkan penggunaan gawai secara positif. Guru dapat mengintegrasikan video pendek dalam pembelajaran, misalnya melalui tantangan kreatif yang relevan dengan materi sekolah.
“Pendidik harus mengatur siswa menggunakan video pendek secara profesional, termasuk memantau screen time mereka,” tukas Pratiwi.