TintaOtentik.co – Negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) secara resmi mengesahkan peta jalan untuk mengurangi ketergantungan kawasan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Strategi jangka menengah ini akan mulai diimplementasikan pada tahun 2026, dengan mengutamakan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan antarnegara anggota.
Kesepakatan ini merupakan hasil dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-46 yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia. Inisiatif tersebut menjadi bagian dari agenda besar ASEAN untuk membangun sistem keuangan multipolar yang dirancang berlaku hingga 2030.
Meski tidak langsung mengeliminasi peran dolar AS, kebijakan ini akan diterapkan secara bertahap untuk mengurangi dominasi mata uang tersebut dalam aktivitas ekonomi regional. Langkah ini tercantum dalam dokumen kebijakan bertajuk Rencana Strategis Komunitas Ekonomi ASEAN 2026–2030, yang menjadi panduan resmi bagi negara-negara anggota untuk memperluas penggunaan mata uang domestik dalam seluruh transaksi lintas batas.
“ASEAN akan mempromosikan penggunaan mata uang lokal untuk mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi nilai tukar dan guncangan ekonomi global,” demikian kutipan dalam dokumen resmi tersebut, pada Selasa (3/6).
Dengan diterapkannya kebijakan ini, mata uang negara-negara ASEAN diperkirakan akan memperoleh peran yang lebih aktif di pasar valuta asing (valas). Perubahan tersebut dapat memicu dinamika nilai tukar, termasuk kemungkinan terjadinya apresiasi nilai mata uang lokal dalam jangka pendek. Jika diterapkan secara konsisten dan berhasil, kebijakan ini berpotensi mengalihkan miliaran dolar transaksi lintas negara dari dominasi greenback ke mata uang kawasan.
Laporan tersebut juga menegaskan komitmen ASEAN untuk memperkuat infrastruktur pembayaran regional.
“Kami akan memperluas konektivitas pembayaran regional dan mendorong penyelesaian transaksi dalam mata uang lokal,” tegas laporan tersebut.
ASEAN saat ini dihuni oleh 10 negara anggota, yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Jika seluruh negara anggota menjalankan peta jalan ini secara serempak, pengaruhnya terhadap kekuatan dolar AS di kawasan dapat menjadi sangat signifikan.