TintaOtentik.co – Bank Dunia menyetujui dua skema pembiayaan besar dengan total nilai mencapai US$2,13 miliar atau sekitar Rp34,7 triliun, sebagai bagian dari dukungan terhadap ambisi Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045. Investasi ini ditujukan untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional melalui penciptaan lapangan kerja, penguatan sektor energi terbarukan, serta reformasi sektor keuangan.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Manuela V. Ferro, menyatakan bahwa bantuan ini merupakan bentuk komitmen konkret lembaganya dalam mendukung agenda prioritas pembangunan Indonesia.
“Reformasi dan investasi yang kami dukung dengan paket ini akan membantu Indonesia mencapai prioritas utamanya, menciptakan lapangan kerja, serta memperluas akses energi di salah satu ekonomi terbesar dan paling dinamis,” ujar Ferro dalam keterangan resminya, Rabu (18/6/2025).
Adapun bantuan tersebut terbagi dalam dua program utama. Pertama, pinjaman kebijakan pembangunan (development policy loan) sebesar US$1,5 miliar melalui skema Indonesia Productive and Sustainable Investment Development Policy Loan.
Pembiayaan ini difokuskan pada penguatan struktur keuangan nasional, termasuk melalui digitalisasi layanan keuangan, perluasan pasar modal, dan upaya peningkatan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim maupun bencana alam.
Lebih lanjut, program ini juga diarahkan untuk mendorong adopsi energi terbarukan dengan mengurangi hambatan regulasi seperti syarat konten lokal, menyelaraskan kebijakan kawasan industri dengan standar lingkungan global, serta memperkenalkan mekanisme land value capture guna menarik keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur.
Program kedua yang juga disetujui adalah Sustainable Least-Cost Electrification-2 (ISLE-2),yang fokus pada peningkatan akses listrik untuk sekitar 3,5 juta penduduk di Kalimantan dan Sumatera. Program ini mencakup pembangunan pembangkit listrik energi surya dan angin dengan kapasitas total 540 megawatt. Dengan implementasi proyek ini, diharapkan biaya listrik akan menurun setidaknya 8%, serta memberikan kontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca hingga 10%.
Skema ISLE-2 didanai oleh pinjaman Bank Dunia (melalui International Bank for Reconstruction and Development/IBRD) sebesar US$600 juta, dan hibah tambahan senilai US$28 juta yang berasal dari mitra internasional, termasuk pemerintah Inggris dan Green Climate Fund. Pendanaan dilakukan menggunakan model blended finance dan programmatic loan, dengan suku bunga rendah dan berbagai insentif untuk menarik partisipasi investasi swasta hingga US$345 juta atau setara Rp5,6 triliun ke sektor energi bersih.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Carolyn Turk, menegaskan bahwa dampak dari program ini akan meluas, tidak hanya dalam bentuk akses listrik, namun juga dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.
“Operasi ini diproyeksikan meningkatkan mata pencaharian, termasuk melalui elektrifikasi bisnis yang dipimpin oleh perempuan,” jelas Turk.
Bank Dunia menilai, paket dukungan ini selaras dengan strategi pembangunan nasional terbaru Indonesia yang menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, perluasan akses energi yang inklusif, serta reformasi di sektor keuangan untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif. Pemerintah sendiri telah membentuk komite deregulasi untuk memastikan berbagai reformasi tersebut berjalan optimal.
Bank Dunia menyetujui dua skema pembiayaan besar dengan total nilai mencapai US$2,13 miliar atau sekitar Rp34,7 triliun, sebagai bagian dari dukungan terhadap ambisi Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045. Investasi ini ditujukan untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional melalui penciptaan lapangan kerja, penguatan sektor energi terbarukan, serta reformasi sektor keuangan.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Manuela V. Ferro, menyatakan bahwa bantuan ini merupakan bentuk komitmen konkret lembaganya dalam mendukung agenda prioritas pembangunan Indonesia.
“Reformasi dan investasi yang kami dukung dengan paket ini akan membantu Indonesia mencapai prioritas utamanya, menciptakan lapangan kerja, serta memperluas akses energi di salah satu ekonomi terbesar dan paling dinamis,” ujar Ferro dalam keterangan resminya, Rabu (18/6/2025).
Adapun bantuan tersebut terbagi dalam dua program utama. Pertama, pinjaman kebijakan pembangunan (development policy loan) sebesar US$1,5 miliar melalui skema Indonesia Productive and Sustainable Investment Development Policy Loan.
Pembiayaan ini difokuskan pada penguatan struktur keuangan nasional, termasuk melalui digitalisasi layanan keuangan, perluasan pasar modal, dan upaya peningkatan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim maupun bencana alam.
Lebih lanjut, program ini juga diarahkan untuk mendorong adopsi energi terbarukan dengan mengurangi hambatan regulasi seperti syarat konten lokal, menyelaraskan kebijakan kawasan industri dengan standar lingkungan global, serta memperkenalkan mekanisme land value capture guna menarik keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur.
Program kedua yang juga disetujui adalah Sustainable Least-Cost Electrification-2 (ISLE-2),yang fokus pada peningkatan akses listrik untuk sekitar 3,5 juta penduduk di Kalimantan dan Sumatera. Program ini mencakup pembangunan pembangkit listrik energi surya dan angin dengan kapasitas total 540 megawatt. Dengan implementasi proyek ini, diharapkan biaya listrik akan menurun setidaknya 8%, serta memberikan kontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca hingga 10%.
Skema ISLE-2 didanai oleh pinjaman Bank Dunia (melalui International Bank for Reconstruction and Development/IBRD) sebesar US$600 juta, dan hibah tambahan senilai US$28 juta yang berasal dari mitra internasional, termasuk pemerintah Inggris dan Green Climate Fund. Pendanaan dilakukan menggunakan model blended finance dan programmatic loan, dengan suku bunga rendah dan berbagai insentif untuk menarik partisipasi investasi swasta hingga US$345 juta atau setara Rp5,6 triliun ke sektor energi bersih.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Carolyn Turk, menegaskan bahwa dampak dari program ini akan meluas, tidak hanya dalam bentuk akses listrik, namun juga dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.
“Operasi ini diproyeksikan meningkatkan mata pencaharian, termasuk melalui elektrifikasi bisnis yang dipimpin oleh perempuan,” jelas Turk.
Bank Dunia menilai, paket dukungan ini selaras dengan strategi pembangunan nasional terbaru Indonesia yang menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, perluasan akses energi yang inklusif, serta reformasi di sektor keuangan untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif. Pemerintah sendiri telah membentuk komite deregulasi untuk memastikan berbagai reformasi tersebut berjalan optimal.