Artikel ini ditulis Oki Karyadi
Mahasiswa Universitas Pamulang, Program Studi Magister Manajemen Sumber Daya Manusia.
Ekowisata Keranggan yang terletak di Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu potensi wisata berbasis alam dan pemberdayaan penduduk setempat yang menawarkan keunikan tersendiri.
Keindahan aliran Kali Cisadane, kearifan lokal masyarakat, serta keragaman flora dan fauna menjadikannya destinasi yang strategis bagi pengembangan ekowisata berkelanjutan. Namun, potensi tersebut tidak akan optimal apabila tidak dibarengi dengan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.
Dalam konteks inilah, peran pelatihan dan pengembangan SDM yang digagas oleh para akademisi dan pemerintah menjadi sangat signifikan.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Tangerang Selatan tahun 2023, jumlah kunjungan wisatawan ke Ekowisata Keranggan meningkat sekitar 15% setelah adanya program pelatihan masyarakat lokal yang melibatkan pelaku UMKM dan pengelola homestay.

Data ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas SDM secara langsung berkontribusi terhadap pertumbuhan pariwisata di wilayah tersebut.
Akademisi memiliki peran vital dalam mentransfer pengetahuan dan inovasi. Melalui riset dan pendekatan ilmiah, program pelatihan yang disusun dapat menjawab kebutuhan spesifik masyarakat lokal.
Materi seperti pengelolaan destinasi, pemasaran digital, manajemen homestay, hingga praktik konservasi lingkungan, memberikan bekal keterampilan yang aplikatif bagi pelaku ekowisata.
Saya melihat langsung bagaimana pelatihan digital marketing yang diberikan akademisi membuat UMKM lokal lebih percaya diri memasarkan produknya melalui media sosial.
Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menjadi pengelola wisata secara tradisional, tetapi juga mampu bersaing dalam industri pariwisata yang semakin kompetitif.
Sementara itu, pemerintah berfungsi sebagai fasilitator kebijakan sekaligus pemberi akses. Dukungan berupa regulasi yang jelas, bantuan permodalan, hingga sertifikasi profesi menjadi instrumen penting agar hasil pelatihan tidak berhenti pada tataran teori.
Sebagai contoh, pemandu wisata yang telah mengikuti pelatihan akan memiliki nilai lebih apabila memperoleh sertifikasi resmi dari lembaga pemerintah. Hal ini akan meningkatkan kredibilitas, profesionalitas, dan pada akhirnya daya tarik destinasi Ekowisata Keranggan di mata wisatawan.
Pertanyaannya, tanpa sertifikasi resmi, apakah masyarakat lokal mampu bersaing dengan pemandu profesional dari luar daerah?
Sinergi antara akademisi dan pemerintah menciptakan dampak berganda. Masyarakat memperoleh peningkatan kapasitas, kepercayaan diri, dan peluang ekonomi. Wisatawan merasakan pengalaman yang lebih berkualitas, sementara lingkungan tetap terjaga berkat praktik ekowisata yang ramah lingkungan.
Lebih jauh, keberhasilan pengembangan SDM di Ekowisata Keranggan berpotensi menjadi model percontohan bagi destinasi wisata lain yang berbasis masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari & Nugroho (2022) yang menemukan bahwa desa wisata dengan program pelatihan berkelanjutan mengalami peningkatan pendapatan UMKM hingga 20% per tahun.
Meski demikian, terdapat tantangan yang perlu diantisipasi. Program pelatihan yang bersifat seremonial atau hanya berlangsung sekali tidak akan memberikan dampak signifikan. Diperlukan kesinambungan, monitoring, serta pembaruan materi agar pelatihan tetap relevan dengan dinamika industri pariwisata.
Oleh karena itu, pemerintah, akademisi, dan masyarakat harus berkomitmen menjadikan pelatihan sebagai gerakan kolektif, bukan sekadar proyek seremonial. Dengan konsistensi, pelatihan dan pengembangan SDM tidak hanya bermanfaat, tetapi juga menjadi fondasi utama keberlanjutan Ekowisata Keranggan.
Pada akhirnya, keberhasilan Ekowisata Keranggan tidak hanya bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki, melainkan pada kualitas SDM yang mengelolanya.
Jika SDM menjadi lemah, maka keindahan Cisadane hanya akan menjadi pemandangan sesaat, bukan warisan berkelanjutan bagi generasi mendatang. Oleh sebab itu, kolaborasi akademisi dan pemerintah dalam pelatihan serta pengembangan SDM harus terus diperkuat, demi terciptanya destinasi wisata yang tidak sekadar indah dipandang, tetapi juga berdaya guna bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. [***].
Laporan: iwanpose