TintaOtentik.Co – Indonesia sedang melakukan modernisasi kekuatan tempur militernya termasuk kekuatan Angkatan Lautnya.
Melalui laporan rsis.edu.sg, pada 10 Oktober 2024, dalam artikel berjudul “Tantangan yang Dihadapi dalam Modernisasi Angkatan Laut Indonesia.” Menyebut bahwa, upaya memodernisasi angkatan laut Indonesia terjadi di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ketika Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro memperkenalkan konsep Kekuatan Pokok Minimum (MEF) pada tahun 2009 sebagai seperangkat persyaratan minimal yang harus dicapai angkatan laut Indonesia pada tahun 2024.
Pada tahun 2011, Indonesia menandatangani kontrak dengan Daewoo Shipping and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan untuk memperoleh tiga kapal selam baru.
Di mana salah satunya akan dibangun di dalam negeri oleh PT PAL di Surabaya.
Kesepakatan lain dicapai pada tahun 2012 dengan Galangan Kapal Damen Belanda untuk pengadaan fregat kelas SIGMA (Martadinata), yang masih menjadi kapal tempur tercanggih Indonesia.
Namun, setelah Joko Widodo (alias Jokowi) menggantikan SBY pada tahun 2014, upaya modernisasi melambat.
Hal ini karena tidak ada negosiasi atau kesepakatan pengadaan yang dilaporkan selama masa jabatannya, memiliki visi Poros Maritim Dunia Jokowi.
Hingga saat ini, kekuatan angkatan laut Indonesia hanya mampu mengamankan wilayah perairannya dari ancaman skala kecil seperti penangkapan ikan ilegal.
Kapasitas pencegahan di laut sangat minim, hanya dengan tujuh fregat dan tujuh korvet.
Kemampuan anti-udara angkatan laut Indonesia masih terbatas, dengan kurang dari sepuluh kapal yang dilengkapi dengan peluncur anti-pesawat yang signifikan.
Menurut East Asia Forum, pada 27 November 2024, dalam artikel berjudul “Mengapa Indonesia Membutuhkan Angkatan Laut yang Tangguh di Lautan Lepas.”
Menyebut bahwa sejak 2023, ketegangan meningkat tajam di Laut Cina Selatan.
Kapal-kapal Penjaga Pantai Tiongkok telah berulang kali bersinggungan dengan kapal-kapal Penjaga Pantai Filipina, dan Indonesia juga terpengaruh oleh perilaku Tiongkok yang semakin agresif.
Meskipun tidak ada insiden serius yang terjadi, Penjaga Pantai Tiongkok mengerahkan kapal-kapal terbesarnya di dekat Laut Natuna Utara pada awal 2023, yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat nelayan setempat.
Situasi ini menyoroti keterbatasan Angkatan Laut Indonesia.
Meskipun Indonesia telah memberikan kontribusi normatif bagi stabilitas regional, seperti menjadi pelopor ASEAN Outlook on Indo-Pacific, kekuatan maritimnya masih terbatas.
Menurut keterangan itu, angkatan laut yang tangguh akan memungkinkan Indonesia memainkan peran yang lebih signifikan dalam menjaga stabilitas geopolitik di Indo-Pasifik.
Hal ini akan meningkatkan kapasitas Indonesia untuk menangkal ancaman eksternal dan mengamankan jalur laut yang penting, termasuk Selat Malaka dan Laut Natuna Utara.
Kekuatan angkatan laut yang tangguh ini akan meningkatkan pengaruh diplomatik Indonesia di Indo-Pasifik, memperkuat statusnya sebagai kekuatan menengah regional yang tidak berpihak.
Namun, untuk mencapai visi ini, diperlukan upaya berkelanjutan dan strategis. Pengadaan kapal laut harus tetap menjadi prioritas utama, terutama di bawah kepemimpinan Prabowo.
Laporan: Tim TintaOtentik.Co