TintaOtentik.co – Tim bulutangkis Indonesia kembali memasuki jadwal padat dalam tur BWF bulan ini. German Open 2025 menjadi turnamen pembuka, yang digelar pada 25 Februari hingga 2 Maret 2025 di Mulheim an der Ruhr, Jerman.
Turnamen BWF Super 300 ini menjadi kesempatan bagi skuad Merah Putih untuk mengakhiri paceklik gelar yang telah berlangsung lebih dari dua dekade. Terakhir kali Indonesia merebut gelar di ajang ini pada 2003, melalui pasangan ganda putra Flandy Limpele/Eng Hian.
Meski demikian, Indonesia tidak menurunkan skuad utamanya di ajang ini. Tim hanya mengandalkan pemain-pemain pelapis dan talenta muda dari empat sektor, yaitu tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran, tanpa mengirimkan wakil di sektor ganda putra.
Harapan Baru dari Pemain Muda
Di sektor tunggal putra, Alwi Farhan dan Yohanes Saut Marcellyno akan menjadi andalan. Alwi langsung tampil di babak utama, sementara Saut harus memulai perjuangannya dari babak kualifikasi.
Sementara itu, di tunggal putri, Komang Ayu Cahya Dewi siap bertarung langsung di babak 32 besar.
Untuk ganda putri, pasangan *Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Allessya Rose diharapkan mampu mempertahankan performa terbaik mereka. Asisten pelatih ganda putri, Nitya Krishinda Maheswari, optimistis dengan kesiapan anak asuhnya.
“Target pasti ada karena mereka sudah menunjukkan hasil yang bagus. Trias juga sudah pulih dari cedera dan siap kembali bertanding,” ujar Nitya di Pelatnas PBSI, Cipayung.
Ganda Campuran Kirim Wakil Terbanyak
Sektor ganda campuran menjadi nomor dengan jumlah wakil terbanyak di German Open 2025, dengan total lima pasangan yang siap bertanding, yaitu:
– Rehan Naufal Kusharjanto/Gloria Emanuelle Widjaja (pasangan non-Pelatnas)
– Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu
– Adnan Maulana/Indah Cahya Sari Jamil
– Amri Syahnawi/Nita Violina Marwah
– Marwan Faza/Aisyah Salsabila Putri Pranata
Dengan kombinasi pemain muda dan pasangan pelapis, Indonesia berharap bisa menorehkan hasil positif di German Open 2025. Turnamen ini juga menjadi ajang pembuktian bagi para pemain muda sebelum menghadapi persaingan lebih ketat di level yang lebih tinggi.
Akankah Indonesia mampu memecahkan kutukan 22 tahun tanpa gelar di turnamen ini? Semua mata akan tertuju pada perjuangan para wakil Merah Putih di lapangan.