TintaOtentik.co – Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menyatakan bahwa KRI Sultan Iskandar Muda-367 siap menghadapi berbagai potensi ancaman selama menjalankan misi perdamaian di Lebanon selama satu tahun ke depan.
Dalam konferensi pers di geladak helikopter KRI Sultan Iskandar Muda di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Kamis, (19/12/24), Laksamana Ali menjelaskan bahwa kapal tersebut bersama seluruh personel dan alutsista yang tergabung dalam Satuan Tugas Maritime Task Force (Satgas MTF) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXVIII-P UNIFIL, telah menjalani serangkaian latihan pratugas dan operasi laut sebagai persiapan sebelum berangkat menuju Beirut, Lebanon, sore hari.
“Dalam latihan-latihan pratugas ini, kapal harus mampu menghadapi semua ancaman, baik ancaman dari udara, di permukaan, maupun dari bawah permukaan. Tetapi intinya, kapal harus bisa self-defense, membela diri. Itu yang utama,” ujar Laksamana Ali.
Laksamana Ali menambahkan bahwa KRI SIM-367 yang bertugas dalam misi perdamaian di Lebanon bersama Maritime Task Force UNIFIL tidak dipersiapkan untuk melakukan serangan, melainkan untuk mempertahankan diri dan melindungi segala hal yang diamanatkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701.
Selain menjalani latihan pratugas, Laksamana Ali menegaskan bahwa seluruh personel Satgas MTF TNI Konga XXVIII-P UNIFIL akan terus mengadakan latihan rutin, baik selama pelayaran menuju Lebanon maupun saat melaksanakan tugas di perairan Lebanon.
“Kita tahu ancaman-ancaman seperti di Laut Merah, bagaimana ada serangan drone. Nah, ini harus siap menghadapi hal-hal seperti itu baik (serangan) drone dari udara maupun drone dari permukaan,” ucap Laksamana Ali.
Laksamana Ali juga menyatakan bahwa prajurit TNI Angkatan Laut yang tergabung dalam Satgas MTF TNI dilatih untuk menghadapi serangan mendadak.
Kemampuan ini, menurutnya, sangat penting dimiliki oleh setiap personel mengingat situasi konflik di Lebanon yang bisa memburuk kapan saja.
“(Kemampuan) itu dilatihkan terus,” kata Ali.
Satgas MTF TNI Konga XXVIII-P memulai misinya ke Lebanon hari ini setelah keberangkatan mereka dilepas oleh Inspektur Jenderal TNI Letjen TNI Muhammad Saleh Mustafa, yang mewakili Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, di Lapangan PRIMA, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, pada Kamis pagi.
Setelah itu, KSAL memberikan pembekalan langsung kepada seluruh personel satgas sebelum melepas keberangkatan mereka dari Dermaga Kolinlamil, Jakarta, pada sore hari.
Gelombang baru Satgas MTF TNI ini terdiri dari 120 prajurit TNI AL, sebuah kapal perang jenis korvet dari Koarmada II TNI AL, dan satu helikopter antikapal selam Panther HS-1306 dari Puspenerbal.
Di Beirut, Satgas MTF TNI akan melanjutkan misi perdamaian bersama pasukan PBB dari berbagai negara yang sebelumnya dijalankan oleh Satgas MTF TNI Konga XXVIII-O UNIFIL. Masa tugas Satgas MTF TNI di Lebanon umumnya berlangsung selama setahun.
Maritime Task Force (MTF) adalah salah satu satuan yang berada di bawah komando Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL). Selain MTF, Indonesia juga mengirimkan pasukan untuk bergabung dengan satuan-satuan lain di UNIFIL, termasuk Satgas Batalyon Mekanis (INDOBATT), Satgas Pendukung Markas (FHQSU), Satgas Indo Force Protection Company (FPC), Satgas Koordinasi Sipil-Militer (CIMIC), Satgas Military Community Outreach Unit (MCOU), dan Satgas Level 2 Hospital.
Sebagian besar prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL beroperasi di darat, sementara Satgas MTF berfokus pada tugas di laut.
Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah prajurit terbanyak yang berpartisipasi dalam misi perdamaian bersama UNIFIL di Lebanon, dengan total 1.230 prajurit.