TintaOtentik.co – Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8%. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa target tersebut diharapkan tercapai pada tahun 2027-2028.
Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8,2% pada masa Orde Baru. Ia menambahkan bahwa pola yang diterapkan pada masa itu akan digunakan kembali untuk mendorong peningkatan perekonomian.
Ia mengatakan hal tersebut pada Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2025 di The Ritz-Carlton Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (11/12/2024).
“Kalau kita lihat sejarah, kita pernah mencapai angka tertinggi di tahun 1995 yaitu 8,2%. Nah, tentunya kebijakannya adalah konsumsi, investasi, dan ekspor. Jadi rumus konsumsi, investasi, dan ekspor ini sepertinya berulang,” ucap Airlangga.
Lanjutnya, dulu pemerintah mengandalkan sektor kelapa sawit, tekstil, dan migas untuk mendorong perekonomian. Kini fokusnya pengembangan di sektor hilirisasi, ekonomi digital, hingga industri semikonduktor.
“Kalau yang lalu mengandalkan CPO, tekstil, dan migas, kalau sekarang tentu kita menambah dengan hilirisasi, ekonomi digital, yang kita juga harus bentuk adalah semikonduktor,” terangnya.
Airlangga menyebut pasir silika sebagai salah satu komoditas yang menjadi fokus hilirisasi. Ia menjelaskan bahwa pasir silika Indonesia memiliki kualitas unggul, dengan industri yang sudah berkembang di Kendal dan Gresik.
Sementara itu, untuk industri semikonduktor, Indonesia harus bersaing dengan Amerika Serikat. Airlangga menilai bahwa semikonduktor merupakan industri strategis masa depan karena berperan penting dalam era digitalisasi.
“Nah, kita berharap memberikan fasilitas seperti di Batang dan yang lain, tetapi yang harus dibangun adalah ekosistemnya. Nah tentunya ini juga semikonduktor menjadi penting karena kedepan dengan era digitalisasi tidak ada satu pun, tidak ada satu peralatan yang tanpa semikonduktor baik itu di appliances sampai dengan otomotif bahkan motor,” tuturnya.
Untuk mengoptimalkan hal ini, pengembangan sumber daya manusia (SDM) perlu menjadi prioritas. Terlebih saat ini, Indonesia masih berfokus pada sektor perakitan, pengujian, dan pengemasan.